PT Sacofa Ancam Kedaulatan RI
Panglima TNI Jendera Gatot Nurmantyo mengunjungi landing station
Saluran Komunikasi Kabel Laut (SKKL) milik PT Sacofa, Malaysia, di Pulau
Tarempa, Kepulauan Riau. Stasiun tersebut bermasalah karena berdiri di
atas wilayah NKRI.
Stasiun itu berada di pulau terdepan Indonesia. Menggunakan motor,
Gatot datang ke tempat yang sudah disegel oleh aparat keamanan. Gatot
langsung masuk keequipment room. Di sana, terdapat server komunikasi
yang masih dalam kondisi menyala.
Ruangan kedua yang dicek oleh
Gatot adalah ruang penyimpanan baterai. Di sana, tampak berderet baterai
besar sebagai suplai energi. Gatot ditemani oleh petugas Lembaga Sandi
Negara yang melakukan pengecekan frekuensi di sekitar lokasi stasiun.
Hasilnya, tidak ada frekuensi yang mencurigakan. Namun terdapat potensi
ancaman bagi kedaulatan Republik Indonesia.
"Saya perintahkan
untuk ambil servernya, tutup operasional. Apabila tidak dilepas, dia
(kabel laut) jika dipasang alat, bisa mengetahui getaran kapal permukaan
atau kapal selam. Inilah yang dilakukan oleh negara-negara besar untuk
pengamanan," ucap Gatot kepada wartawan di Stasiun Landing Sacofa, Pulau
Tarempa, Anambas, Kepulauan Riau, Kamis (6/4).
"Apabila server
disambungkan dengan satelit, bisa juga melihat semua komunikasi. Padahal
lokasi ini menjadi tempat yang strategis," sambung Gatot.
Gatot
tidak mempermasalahkan jika hanya membangun jaringan kabel di bawah
laut. Namun, jika sudah membuat di daratan, hal itu melanggar kedaulatan
Republik Indonesia. "Perusahaan dari Malaysia ini kita anggap melanggar
hukum. Karena hukum internasional, diperbolehkan optik di dalam laut.
Tidak jadi masalah. Kalau pindah ke darat, itu melanggar kedaulatan. Dan
ini belum ada izin," ujarnya.
Gatot memerintahkan untuk mencabut
server dan mengunci kawasan tersebut. Selain itu, sakelar baterai
diminta dimatikan agar tidak bisa beroperasi.
Kawasan landing
station kini dijaga oleh puluhan aparat keamanan. Gatot berharap mereka
tidak hanya menjaga lokasi, tapi juga bersosialisasi dengan masyarakat
sekitar. "Karena kalian ada di lingkungan masyarakat, maka jungjunglah
budaya daerah tersebut," ujar Gatot di depan anggota TNI yang berjaga.
Disinggung
hubungan bilateral Indonesia dan Malaysia terkait penutupan Landing
Station PT Sacofa tersebut, Gatot menegaskan pihaknya tidak terlalu
memikirkan pengaruh hubungan bilateral kedua negara. " Jadi, saya tidak
pikir pengaruh hubungan Indonesia Malaysia lagi, sekarang kalau kita
berpikir pengaruh atau tidak, sementara orang lain seenak-enaknya
melanggar kedaulatan apa gunanya kita punya negara, " ujarnya.
Sementara
itu, Bupati Kabupaten Kepulauan Anambas Abdul Haris SH mengungkapkan PT
Sacofa tidak mengantongi izin mendirikan bangunan (IMB). Begitu juga
izin HO sudah kadaluarsa. Untuk SITU sudah tidak dikeluarkan oleh
pemerintah daerah sejak lama.
" Konstribusi PT Sacofa tidak ada
juga tidak memberikan dampak positif pada pemerintah daerah, sementara
keberadaanya dapat mengancam kedaulatan NKRIm "pungkasnya.
Penyalahgunaan Izin
Kabel optik yang dikelola oleh PT Sacofa
terbentang dari Mersing sampai Kuching, Malaysia. Ada tiga landing
station yang muncul, yaitu di Pulau Tarempa, Pulau Natuna, dan Pulau
Penarik. Awalnya, pemasangan kabel laut dilakukan oleh Sarawak Gateway
pada tahun 2002. Surat izin pun sudah turun dari Dirjen Perhubungan
Laut.
"Pada 2011, Serawak Gateway bekerja sama dengan Kemeninfo
untuk izin labuh. Itu izin labuh untuk berlabuhnya kapal, peralatan
kabel, dan lain sebagainya," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen
Wuryanto.
Pada tahun 2012, Serawak Gateway diakuisisi oleh PT
Sacofa. Kemudian, Kementerian Informasi mengatakan izin berlabuh sudah
habis, dan hanya berlaku enam bulan. Tindak lanjut masalah ini,
dibentuklah tim terpadu dari TNI, Menko Polhukam, dan instansi terkait.
Tim bergerak untuk melakukan penyegelan terhadap landing station PT
Sacofa.
"20 November 2016, diberhentikan (oleh pemerintah). Pada
Maret 2017 dioperasikan lagi. Berdasarkan ini, kedaulatan adalah urusan
TNI. Menko Polhukam pun mengatakan tidak boleh operasional," ujar Gatot
Nurmantyo.
"Saya tidak tahu (alasan pembukaan), rapatnya
bersama-sama tapi dibukanya sendiri. (Yang membuka) dari staf Kominfo
dan staf Bareskrim," sambung Gatot.
Komentar